Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) memprioritaskan pemantauan wilayah udara Indonesia bagian timur. Saat ini seluruh kawasan timur Indonesia sudah ter"cover" setelah beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki Maluku dan satuan radar 243 di Timika Papua. Kedua satuan radar tersebut merupakan bagian dari sistem pertahanan udara nasional. Demikian diungkapkan Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI (Purn) Imam Sufaat saat memberi arahan pada upacara peresmian beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, Selasa (15/11).
"Pemantauan wilayah udara di bagian timur Indonesia akan ter"cover" seluruhnya setelah beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki Maluku serta satuan radar 243 di Timika Papua," ungkap Marsekal TNI Imam Sufaat yang dalam upacara tersebut tampak hadir para pejabat di jajaran TNI AU serta Bupati Maluku Tenggara Barat beserta muspida.
Kata Beliau, pembangunan satuan radar 245 Saumlaki ini merupakan wujud dari program strategis untuk meng"cover" situasi dan kondisi serta kerawanan wilayah udara bagian timur Indonesia terhadap pelanggaran udara.
Radius jangkauan Radar Master T Satrad 245 di Saumlaki sejauh 240 mil laut ini akan "over lapping" dengan dengan satuan radar 241 di Beraun Nusa Tenggara Timur (NTT) serta dengan satuan radar 243 di Timika Papua.
"Satuan radar 241 di Beraun sudah beroperasi, sedangkan satuan radar 243 di Timika dijadwalkan akan mulai beroperasi pada Februari 2012," katanya.
Beroperasinya satuan radar di Saumlaki dan Timika, dia berharap seluruh wilayah udara di Indonesia bagian timur-selatan dapat ter"cover" oleh satuan-satuan radar yang saling "over lapping", yakni satuan radar 244 Merauke, satuan radar 243 Timika, satuan radar 245 Saumlaki, serta satuan radar 243 Beraun.
Dengan beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki, masih menurut KSAU, maka gelar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosek Hanudnas) IV di wilayah Indonesia bagian timur terus dapat diwujudkan karena di wilayah ini terdapat sejumlah obyek vital nasional serta jalur penerbangan internasional.
"Dioperasikannya radar di sejumlah lokasi di wilayah Indonesia, guna tercapainya penguasaan dan pengendalian ruang udara nasional melalui operasi pertahanan udara berupa deteksi, identifikasi, penindakan, sekaligus menetralisir ancaman," katanya.
Kondisi kemampuan, kekuatan dan gelar radar, TNI AU dihadapkan pada luasnya wilayah udara nasional Indonesia, sehingga belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Ini karena masih terbatasnya jumlah radar yang dimiliki untuk mengcover seluruh wilayah udara nasional. Selain itu usia radar aktif yang relatif sudah tua.
Semua itu, masih menurut Beliau, maka pelaksanaan tugas pengamatan dan pemantauan seluruh obyek yang bermanuver di wilayah udar Indonesia, belum dapat dilaksankan secara maksimal. Beliau juga mengakui, pembangunan satuan radar di wilayah timur Indonesia agak terlambat dibandingkan dengan wilayah barat dan wilayah tengah Indonesia, karena keterbatasan anggaran TNI AU.
Beliau berharap sejalan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat atau minimal stabil seperti saat ini yakni 6,4 persen, sehingga anggaran untuk TNI juga bisa lebih baik guna lebih mengoptimalkan sistem pertahanan seperti satuan radar.
0 komentar:
Posting Komentar